Hadirkan Prof. Dr. Imbarine Bujang, FEBI Sukses Gelar Seminar Internasional 2023

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang kembali mengelar International Seminar bersama Universitas Teknologi Mara Malaysia dengan bahasan “Promoting Ethical Governance: Safeguarding Financial Systems and Data Integrity” yang diisi oleh Accounting Research Institute (ARI) Universitas Teknologi Mara Malaysia Prof. Dr. Imbarine Bujang dan Dekan FEBI UIN Raden Fatah Dr. Heri Junaidi M.A. di Auditorium Perpustakaan UIN Raden Fatah. Selasa, (09/05/2023).

Prof. Dr. Imbarine Bujang mengatakan bahwa dari segi system Corporate Governance di Indonesia telah bertambah baik. Perkembangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan KPK telah ada cara yang terbaik melegalkan suistainbility institusi di Indonesia.

“System Board Member dan Board Composition kedua ini berinteraksi dalam mengawal aktivitas yang tak beretika itu (korupsi). Bila melihat laporan Corruption Perceptions Index peringkat Indonesia terus naik, hal ini berati telah tersusun suatu governance di Indonesia,” ujar dosen tersebut.

(Prof. Dr. Imbarine Bujang sedang memaparkan materi di Auditorium Perpustakaan UIN Raden Fatah Palembang. Selasa, 09/05/2023)

Ia menambahkan bahwa mahasiswa adalah aset Indonesia, mahasiswa akan mendukung segala perjuangan anak muda pada masa akan datang.

“Jadi sesungguhnya menitikberatkan unsur-unsur etis di dalam diri setiap mahasiswa itu sangat penting, supaya kita tidak merusakkan orang lain dan akhirnya kita mendapat satu pembangunan
Indonesia raya yang sebaik-baiknya yang semestinya didefinisikan sebagai Indonesia yang merdeka.”

Prof. Dr. Imbarine berharap bahwa mahasiswa yang ada di Indonesia dapat peka terhadap peranan ataupun etis etis yang perlu diketahui sebelum ke dunia pekerjaan.

“Jadi apabila amalan baik ini diamalkan, saya yakin Indonesia akan semakin maju dan semakin berkembang, dan mungkin juga antara negara yang paling terbaik ekonominya di Asia. Ini yang saya boleh nampak, sebabnya saya sudah mengkaji satu satunya negara di Asia yang akan berkembang maju adalah Indonesia selepas Jepang dan Singapore.”

Sementara itu dalam materinya, Dekan FEBI Dr. Heri Junaidi M.A mengatakan bahwa secara umum kita hidup secara dipimpin atau memimpin. Dalam ekonomi hanya ada dua kegiatan yaitu produksi dan distribusi, setelah diproduksi kemudian distribusi sampai ke konsumen.

“Semua dari kita punya keuntungan, produksi mendapatkan keuntungan dari produksi barang, distribusi dapat dari penjualan yang mereka lakukan dan konsumen pun juga dapat.”

Akan tetapi Heri menambahkan, ketika telah mendapat keuntungan yang kemudian menerapkan teori liberalisme, kapitalisme, sosialisme, neo-kapitalisme dan pasar bebas maka ini yang berbahaya.

“Ketika penjual menjual barang yang harga modalnya 5.000 dan kemudian dijual dengan harga 75.000 tanpa memikirkan keuntungan yang diperoleh konsumen, maka muncullah teori ini liberalis, kapitalis, sosialis, neo-kapitalis dan pasar bebas. Jika ini yang terjadi maka yang muncul adalah neo kerajaan. Sekarang hak milik telah menjadi pengusaha. Kalau anda punya uang anda jadi raja.”

Heri mengungkapkan, hal tersebut dapat mengakibatkan munculnya strata yang tidak jelas, yang kaya makin kaya dan yang miskin tambah miskin. Tidak ada lagi human state, national state dan masyarakat madani yang ada hanya capital state. Ketika lima teori tersebut dijadikan dewa

“Ini yang muncul saat kita berpikir hanya keuntungan. Padahal ekonomi ini ilmu sederhana hanya pilih-memilih. Tapi ketika semua orang berpikir keuntungan maka yang muncul adalah kerajaan-kerajaan yang sudah berbicara pada bukan hak milik orang tapi sudah bicara pada konstruksi bagaimana menambah kekayaan perusahaan yang pada akhirnya hilang sudah etis yang ada.”

Terakhir, Heri menuturkan bahwa hadirlah ekonomi syariah sebagai solusi ekonomi yang pro rakyat.

“Dalam ekonomi syariah kita meyakini bahwa di dalam keuntungan kita ada hak orang lain yang dititipkan oleh Allah melalui kita. Ada infak, sedekah, zakat, wakaf, empat hal ini bukan hanya dilakukan karena kasihan tapi karena kekuatan untuk membangun bersama.”

Reporter: Yudi, Fazar, Nadya, Wansa

Editor: Bunga Yunielda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *